Langsung ke konten utama

Good Will Hunting





Good Will Hunting
                Film yang menceritakan Will Hunting (Matt Damon) sebagai pemeran utama, dan di film ini will hunting adalah seorang janitor/petugas kebersihan di MIT (Massachusetts Institute of Technology) memiliki karakter seorang jenius, tetapi di balik ke jeniusannya dia memiliki sisi negatif, sisi negatifnya adalah dia seorang yang bisa dibilang introvert, arogan, dan juga tempramental.
                Kejeniusan dari Will Hunting sendiri di ketahui setelah dia menyelesaikan rumus matematika yang ditulis di ruang koridor oleh Prof. Gerald Lambeau (Stellan Skarsgård) rumus yang bisa dibilang sulit bahkan untuk para pelajar di M.I.T, namun seorang Will Hunting yang hanya seorang janitor bisa memecahkan rumus tersebut dengan mudahnya.
                Will Hunting diajak bekerja oleh Prof. Gerald Lambeau, tetapi Will Menolak tawaran tersebut, dan pada suatu ketika Will Hunting terlibat tindak kriminal dan hendak di masukkan ke penjara, tetapi Prof. Gerald Lambeau lah yang membebaskan Will Hunting kebebasan dengan syarat Will Hunting ada didalam penanganannya dan harus bekerja sama dengan Prof. Gerald Lambeau. Dan mereka pun bekerja sama dalam bidang matematika, tetapi Prof.Gerald Lambeau prihatin akan sifat negatif dari Will Hunting yang Introvert yang hanya terbuka pada orang-orang yang ia kenal seperti teman-teman sejak kecilnya yaitu Chuckie Sullivan (Ben Affleck), Morgan O’Mally (Cassey Affleck), dan Billy McBride (Cole Hauser).
                Keprihatinan Prof. Gerald Lambeau pun mendorong ia supaya Will diajak pergi ke psikiater, tetapi selama mereka pergi ke psikiater proses terapi pun tidak berjalan baik, Will sangatlah menolak proses-proses tersebut, ia hanya membuat para psikiater kesal, dan pada akhirnya Prof. Gerald Lambeau mengunjungi teman lamanya Sean Maguire (Robin Williams) yang merupakan seorang psikolog.
                Will juga mempunya pacar Skylar (Minnie Driver), yang dimana hubungan mereka berakhir akibat sifat negatif dari Will.

                Meskipun banyak kendala saat menangani Will, Sean Maguire pun akhirnya bisa membuat will lebih terbuka akan pribadinya, dan Sean akhirnya pun tahu bahwa sifat negatif Will berasal dari masa kecilnya yang memiliki ayah angkat yang alkoholik, dan mendapatkan kekerasan dari ayahnya. dan akhirnya Will pun bisa diajak bekerja sama dengan mudahnya, dia pun disuruh mengambil tawaran pekerjaan dari Prof. Gerald Lambeau, tapi dia ingat akan kata-kata dari Sean Maguire; “I Gotta See About a Girl” dimana will lebih memilih menyusul Skylar yang pergi ke California.

Dari sinopsis film diatas saya dapat menyimpulkan hubungan antara konselor (Sean) dengan klien (Will) dapat dilihat dari hubungan Obyektifitas dan subyektifitas. Keseimbangan ini mengacu pada tingkat emosional dan hal-hal yang mempengaruhi intelektual dan elemen emosional. Objektivitas mengacu pada lebih kognitif, scientific dan generiknya suatu hubungan. Di mana klien dianggap sebagai obyek belajar atau sebagai bagian dari penderitaan manusia yang luas. Oleh karena itu, konselor akan memberikan pandangan kepada klien dan nilai-nilai tanpa penilaian pribadi. Arti perilaku konselor untuk klien adalah bahwa mereka merasa konselor menghormati pandangan mereka, tidak memaksakan gagasan-nya pada mereka, dan melihat masalah mereka rasional dan analitis. Mereka ingin konselor untuk terlibat secara emosional dan menjadi pribadi yang bersangkutan tentang mereka.
Elemen subjektif dimaksudkan adalah sikap kehangatan dan psikologis kedekatan serta keterkaitan yang mendalam pada masalah klien. Perilaku ini sering digambarkan sebagai kepedulian. Sebaliknya, beberapa klien menganggap keterlibatan konselor sebagai ancaman, karena mereka adalah “mengirimkan” untuk kontrol atau “mengungkapkan” diri orang lain. Seorang klien melihat konselor, sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang atas kebutuhan klien tersebut. Sifat interaksi emosional tampaknya menjadi variabel kunci yang menentukan kualitas hubungan, atau pertemuan.
Dalam konseling objektivitas dan subjektivitas haruslah harmonis, di mana konselor mengoperasikan dua posisi dan menggabungkan kedua elemen tersebut. Objektivitas diperlukan dalam mendiagnosa, sementara subjektivitas diperlukan dalam membangun suasana/iklim konseling itu sendiri.. (http://itsarbolo.wordpress.com/2012/06/13/hubungan-dalam-konseling-the-relationship-in-counseling )
Masalah yang dihadapi klien (Will) dalam film tersebut adalah bahwa Klien (Will Hunting) adalah seorang yatim piatu yang membuat dia seperti orang luar karena klien belum mengalami hal dalam kehidupan rumah. Hidup dengan keluarga angkatnya dipenuhi dengan penyalahgunaan dan penelantaran. Karena pengalaman ini, itu mempengaruhi cara klien berinteraksi dengan orang-orang. Sulit baginya untuk mempercayai orang lain karena klien  tidak ingin mengambil risiko terluka lagi.
Jenis terapi yang ada dalam film tersebut adalah terapi berlawanan arah, alasannya adalah Will (Klien) menantang Sean (konselor) dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada Prof. Gerraldd,bahwa Sean mendorong Will untuk mengambil sikap, baik keras, objektif melihat dirinya dan hidupnya. Padahal pemikiran Sean sendiri adalah bahwa ia tidak mampu dan tidak mau bahkan mempertimbangkan hubungan romantis kedua setelah kematian dini istri pertama tercinta dari kanker beberapa tahun sebelumnya. Ini mungkin menjadi alasan utama mengapa Sean setuju untuk mengambil Will sebagai klien. Antara konselor pertama dan kedua dalam film ini terjadi pertengkaran tentang masa depan klien. Klien sengaja menyaksikan dari argumen marah entah bagaimana bertindak sebagai katalis untuk keputusannya untuk memasuki tingkat yang lebih dalam kepercayaan dan berbagi dengan konselor kedua. Klien tampaknya telah menyadari dari peristiwa ini bahwa situasi ini sedikit lebih kompleks.
Jenis konseling yang terdapat pada film tersebut adalah Konseling individu, dimana satu konselor hanya menangani masalah satu klien dan berusaha untuk mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dengan seorang klien. Klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri , kemudian ia meminta bantua konselor sebagai petugs yang professional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketarampilan psikologi . konseling ditujukan pada individu yang normal , yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan , pekerjaan dan social dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
Ciri – ciri konselor yang baik dan efektif menurut Baruth dan Robinson III (1987), menyebutkan beberapa karakteristik konselor yang efektif sebagai berikut :
  • Terampil “menjangkau” (reaching out) kliennya.
  • Mampu menumbuhkan perasaan percaya, kredibilitas dan yakin dalam diri orang yang akan dibantunya.
  • Mampu “menjangkau” kedalam dan keluar.
  • Berkeinginan mengkomunikasikan caring dan respek untuk orang yang sedang dibantunya.
  • Menghormati diri sendiri dan tidak menggunakan orang yang sedang dibantunnya sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhannya sendiri.
  • Mempunyai sesuatu pengetahuan dalam bidang tertentu yang akan mempunyai makna khusus bagi orang yang dibantunya.
  • Mampu memahami tingkah laku orang yang akan dibatunya tanpa menerapkan value judgments.
  • Mampu melakukan penalaran secara sistematis dan berpikir dalam kerangka system.
  • Tidak ketinggalan zaman dan memiliki pandangan luas tentang hal-hal yangterjadi di dunia.
  • Mampu mengidentifikasi pola-pola tingakh laku yang self-defeating, yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku nyang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku yang merugikan diri sendiri ini menjadi pola tingkah laku yang lebih memuaskan.
  • Terampil membantu orang lain untuk “melihat” ke dalam dirinya sendiri dan bereaksi secara tidak detensif terhadap pertanyaan “Siapakah saya?”
  • Hackney dan Cormier menyebutkan karakteristik seorang konselor :
  • Kesadaran tentang diri (self-awareness) dan pemahaman diri sendiri.
  • Kesehatan psikologi yang baik.
  • Sensitivitas terhadap dan pemahan tentang faktor-faktor rasial, etnik dan budaya dalam diri sendiri dan orang lain.
  • Keterbukaan (open-mindedness).
  • Objektivitas : Mengacu pada keampuan untuk melibatkan diri dengan klien disatu pihak, tetapi juga pada saat yang bersamaan berdiri di kejauhan dan melihat dengan akurat apa yang terjadi dengan kliennya dan hubungannya.
  • Kompetensi : Tuntuan seorang konselor mempunyai pengetahuan, informasi dan keterampilan untuk membantu.
  • Dapat dipercaya (trustworthiness) : Termasuk didalamnya adalah kualitas-kualitas konselor seperti reliabilitas, tanggung jawab, standar etik, prediktabilitas.
  • Interpersonal attractiveness.
Ciri – ciri konselor tersebut hampir sama dengan ciri-ciri konselor (Sean) pada film tersebut saat menangani masalah klien (Will).
Jenis – jenis bakat seorang manusia menurut tokoh Thurstone :
1.      Bakat Verbal ( V ) : pemahaman akan hubungan kata, kosakata, dan penguasaan komunikasi lisan.
2.      Bakat Numberik ( N ) : kecermatan dan kecepatan dalam penggunaan fungsi – fungsi hitung dasar.
3.      Bakat Spatial ( S ) : kemampuan mengenali berbagai hubungan dalam bentuk visual.
4.      Bakat Word Fluency ( W ) : kemampuan mencermati dengan cepat kata – kata tertentu.
5.      Bakat Memory ( M ) : kemampuan mengingat gambar, pesan, angka, kata – kata dan bentuk pola.
6.      Bakat Reasoning ( R ) : kemampuan mengambil kesimpulan.
Jenis bakat yang dimiliki oleh klien (Will) termasuk bakat Genius, karena merujuk pada masalah, Will mampu memecahkan suatu teori matematika yang ditulis oleh Prof. Gerrald yang sebetulnya dikhususkan untuk mahasiswanya. Tetapi, setelah diketahui bahwa yang mengerjakan soal tersebut bukanlah mahasiswa dari kampus tersebut. Namun tidak ada yang tahu siapa orang pintar yang memecahkan masalah itu. Hingga akhirnya secara tak sengaja, Prof.Gerald, memergoki Will tengah menyelesaikan soal lain di papan tulis koridor kampus. Will yang kepergok langsung memutuskan berhenti bekerja.
Demikian analisis yang saya lakukan, bila ada kesalahan dalam penulisan, saya mohon maaf yang sebesar – besarnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun saya harapkan demi perbaikan analisis ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik arsitektur - Analogi Arsitektur

Analogi dalam berarsitektur terbagi atas beberapa jenis sebagai berikut:   Analogi Matematik Bentuk arsitektur yang mengambil sumber bentuk dari angka-angka, geometri, dan bentuk-bentuk dasar matematika seperti bola, piramida, balok, tabung dan lain-lain. Terkadang dua atau tiga bentuk-bentuk dasar tersebut dikombinasikan untuk dijadikan bentuk arsitektural. Analogi Biotik Analogi biotik juga sering disebut dengan bentuk organik. Analogi biotic adalah berasal dari bentuk-bentuk yang ada didalam seperti bentuk dari keong, batu karang, bentuk daun, dan lain-lain. Sumber bentuk dari ala mini sangat banyak dan menunggu daya kreasi arsitek untuk mengolahnya menjadi sebuah bentuk dari bangunan arsitektur.   Analogi romantic Arsitektur harus mampu menggugah tanggapan emosional dalam diri si pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari bentuk-bentuk alam, dan masa lalu yang akan menggugah emosi ...

Kritik Arsitektur Interprektif

  “The Guild / RAW Architecture” – Meruya, Jakarta Barat Metode Kritik Interpretif Terletak di sudut jalan di perumahan villa meruya, jakarta barat. The Guild memperlihatkan sisi introvert dengan dinding pembatas yang tinggi dan tidak ada cela mengintip. Seolah ingin menyendiri dari kebisingan kota jakarta yang padat walau The guild Terlihat padat di luar namun pada sisi bagian dalam terdapat bukaan taman yang bagus. Rumah sekaligus studio arsitek ini pada saat pertama kali kesana terlihat sebuah tembok besar dan menyamarkan bangunan dengan jendela besar dan pintu yang melengkung serta melingkar dan juga betonnya yang besar saya tersadar ini sebagai rumah Brutalist Hobbit Rumah The Guild ini terdiri dari kamar tidur utama, dapur, ruang tamu, kamar anak, ruang keluarga kecil dan tempat berdoa. Setengahnya   bangunan rumah ini digunakna sebagari studio RAW Architecture yang dipisahakan oleh Tangga sepiral. Studio dengan dinding beton tersebut memiliki bentuk...

SEJARAH GOLDEN HORN BAY ISTANBUL (TANDUK EMAS)

Konstantinopel (bahasa Yunani: Κωνσταντινούπολις Ko̱nstantinoúpolis, bahasa Latin: Constantinopolis, bahasa Turki Utsmaniyah: قسطنطینیه , bahasa Turki: Kostantiniyye atau İstanbul) adalah ibu kota Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Romawi Timur, Kekaisaran Latin, dan Kesultanan Utsmaniyah. Hampir selama Abad Pertengahan, Konstantinopel merupakan kota terbesar dan termakmur di Eropa. Sekurang-kurangnya sejak abad ke-10, kota ini umum disebut Istanbul yang berasal dari kata Yunani Istimbolin, artinya "dalam kota" atau "ke kota". Setelah ditaklukkan oleh kaum Utsmaniyah pada 1453, nama resmi Konstantinopel dipertahankan dalam dokumen-dokumen resmi dan cetakan mata uang logam. Ketika Republik Turki didirikan, pemerintah Turki secara resmi berkeberatan atas penggunaan nama itu, dan meminta agar diganti dengan nama yang lebih umum, yakni Istanbul. Penggantian nama tersebut diatur dalam Undang-Undang Pelayanan Pos Turki, sebagai bagian dari reformasi nasio...